Friday, 19 October 2012

Tangerang Puts In The Bronx





Rasanya sering kita merasa bingung ketika ingin pergi berefresing mencari suasana santai di kota ini untuk menghilangkan sejenak rasa penat kita atas aktivitas-aktivitas menjemukan dan cenderung monoton. Betapa tidak, dikenal sebagai kota industri dengan minimnya taman-taman kota dan tempat rekreasi membuat kota tangerang seperti kota yang gersang. Tingkat polusi udara ditambah suhu udara yang panas di siang hari membuat kita enggan untuk keluar rumah disaat hari libur kecuali ada hal-hal mendesak dan penting banget. Belum lagi kondisi jalanan yang semrawut dengan angkot-angkot begajulan yang seenaknya saja kadang melanggar aturan lalu lintas di tengah kemacetan kota sehingga kota ini mungkin lebih layak diberikan sebutan Kota Sejuta Angkot.

Bagi kalangan ekonomi menengah ke atas, untuk mengisi hari libur mereka mungkin mempunyai alternatif dengan pergi ke luar kota seperti puncak bogor. Namun bagi kaum berpenghasilan pas-pasan harus berpikir beribu kali untuk berpergian keluar kota apalagi cuma buat plesiran. Akibatnya mereka juga mencari alternatif lain dengan memanfaatkan fasilitas yang ada dan sebagai pelarian Mall menjadi tempat yang paling favorit. Mall yang tadinya hanya sebagai tempat pusat perbelanjaan kini bertambah fungsi menjadi tempat rekreasi. Jika kita perhatikan setiap hari minggu dan hari libur, betapa ramainya orang berbondong-bondong pergi ke mall. Entah mereka yang akan berbelanja, nonton bioskop atau sekedar mejeng saja muter-muter nggak jelas sambil cuci mata mengisi waktu libur mereka daripada bengong di rumah.
Dan bagi para investor kemudian Mall menjadi lahan yang empuk untuk mengembangkan bisnis mereka untuk meraup keuntungan dengan membangun mall-mall baru. Dan akhirnya kita lihat kota ini mulai dipenuhi dengan bangunan mall-mall yang berdempat-dempetan. Setiap ada lahan yang kosong pasti dibangun mall baru yang padahal menurut saya isinya itu-itu saja. Bahkan akibat bingung mau disisi apa, banyak bangunan-bangunan mall yang sekarang menjadi Monumen bangunan tua dan kesepian yang terbengkalai.

Anehnya Pemerintah Kota Tangerang seolah memudahkan perizinan untuk pembangunan mall-mall baru tanpa memikirkan tata kota dan dampak lingkungan atas pembangunan mall ini. Karena Lahan kosong yang yang tadinya tumbuh pohon-pohon besar yang menjadi paru-paru kota justru harus tergusur diubah menjadi bangunan beton. Ironis memang, pemerintah bukannya menggalakan penghijauan untuk mengurangi efek global warming yang semakin parah saja di kota ini justru mendukung para kapitalis-kapitalis yang hanya ingin meraup keuntungan demi kepentingan pribadi tanpa mementingkan dampak lingkungan sama sekali. Modernisasi tidak harus berlawanan dengan ekologi. Bisa beriringan. Kita tentu merindukan suasana asri, suasana santai. Sudah cukuplah bangunan-bangunan mall yang ada di Tangerang sekarang, tinggal bagaimana mengisi dan memanfaatkannya saja. Yang kita butuhkan sekarang ini adalah ruang publik gratis, perpustakaan umum, taman-taman kota, tempat rekreasi yang asri dengan suasana santai dengan pohon-pohon rindang. Tentu sangatlah menyenangkan, nggak usah bagus-bagus lah yang penting ada dulu aja.

No comments:

Post a Comment